By: Admin
Cerita kali ini pengalaman GMBA (Giriwil
Mania Bandung Angler) menghadapi tantangan dan kenikmatan sea fishing
pada masa-masa “musim barat” di perairan Laut Jawa. Tegang ... tapi bisa
NGAKAK...
Tanggal 11 November 2016, seperti biasanya,
para anggota tim GMBA telah bersiap-siap melakukan petualangannya untuk
merasakan tarikan ikan-ikan laut utara Jawa Barat. Lokasi tujuan masih tetap
seperti yang dituju selama tiga bulan terakhir, yaitu lepas pantai Eretan
Kabupaten Indramayu.
Selepas maghrib, enam orang anggota tim yang
bisa turut serta telah melesat ke lokasi lengkap dengan peralatan tempurnya.
Tiba di Eretan Kulon sekitar pukul 23.30 WIB setelah sekitar satu jam lebih
berkeliling di pasar Kandanghaur untuk membeli umpan (udang) dan es balok.
Namun, keadaan di daerah nelayan yang biasanya
malam-malam seperti itu masih banyak orang yang nongkrong atau warung yang
buka. Saat itu, tampak begitu sepi. Tak seorangpun terlihat keluar rumah. “Naha
nya??? Teu jiga biasana...Sasarina gé sok aya nu nongkrong atawa ka luar mesing
tengah peuting ogé” (Mengapa ya???, tidak seperti biasanya...Biasanya suka ada
yang nongkrong atau keluar rumah meskipun tengah malam), begitu kata Pak Mumu
sambil terus mengendalikan mobil yang kami tumpangi dengan hati-hati menuju
rumah seorang nelayan yang telah dikontak sebelumnya untuk bisa mengantar kami
ke tengah laut. Rumahnya tidak jauh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Eretan
Kulon.
Tiba di rumah nelayan yang dimaksud, kami pun
disambut tuan rumah. Informasi dari mereka katanya saat ini angin sedang
kencang berhembus. Pantas saja di wajah mereka tampak tidak begitu semangat
merespon kedatangan kami. Tapi, kami merasa kondisi itu tidak berbahaya.
Informasi yang kami dapatkan mengenai keadaan cuaca maritim untuk malam itu, 11
November 2016, di wilayah perairan laut Eretan, kecepatan anginnya antara 5-33
km/jam, tinggi gelombang laut antara 0,3-0,8 meter, kondisi cuaca berawan.
Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan nelayan yang akan mengantar kami,
akhirnya diputuskan berangkat ke tengah laut, tetapi ke daerah-daerah yang
dekat dulu sambil memantau perkembangan kondisi cuaca perairan laut, dan
sekitar pukul 02.15 WIB kami pun berlayar dari dermaga. Enam orang anggota tim
GMBA (Pak Endang, Pak Mumu, Pak Pratman, Pak Edi, Pak Uan, dan admin) disertai
dua awak perahu bergerak menuju spot pertama yang disarankan mas nelayan, spot
“Saeran”.
Lokasi spot ini, tidak jauh dari pantai,
sekitar satu jam perjalanan menggunakan perahu bermesin tempel dua buah
(masing-masing 21 PK). Tiba di lokasi, tampak petir berkilat-kilat jauh di
sebelah utara, sementara suara gemuruh guntur terus bergema terdengar
sayup-sayup. Namun syukurlah kondisi gelombang air laut relatif kecil dan tudak
terjadi hujan di sekitar lokasi kami. Di lokasi itu, para awak perahu
menghentikan perahunya dan mulai menurunkan jangkar. Wajah mereka terlihat
tidak ceria. “Semoga saja mereka mau melayani dengan baik selama kami
memancing”, begitulah harapan saya ketika itu.
Di situ, kami pun mulai mencoba melempar kail.
“Ah...dangkal juga rupanya kedalaman laut di tempat ini”, gumamku dalam hati.
Paling hanya 10-15 meter. Namun terasa sekali kalau di dasarnya banyak
lumpur...”Waah bisa-bisa ikannya jarang nih”, kembali saya bergumam dalam hati.
Tetapi kami terus mencoba.
Memang, wilayah perairan laut pesisir utara
Jawa, khususnya di utara Jawa Barat, merupakan daerah perairan laut yang landai,
sehingga dalam jarak 10 km dari garis pesisir mungkin kedalamannya tidak lebih
dari 20 meter. Selain karena wilayahnya yang merupakan dangkalan benua (continental
shelf) yang sering disebut “Dangkalan Sunda” dengan kedalamannya antara
0-200 meter dimana proses erosi dan sedimentasi marin masih efektif bekerja
terhadap dasar laut, juga karena posisi wilayah lautnya yang berada di antara
beberapa pulau besar (laut pedalaman) dimana kekuatan gelombang dan arus air
lautnya tidak begitu besar, membentuk dasar Laut Jawa yang relatif datar atau
landai. Berbeda dengan perairan laut di selatan Jawa yang merupakan merupakan samudera
dengan gelombangnya yang tinggi, arusnya kuat, dan dasar lautnya yang sangat
dalam.
Satu jam waktu berlalu, belum satu ekor ikan
pun yang menyantap umpan. Mulailah terdengar keluhan anggota tim, bahkan aku
mencoba membujuk awak perahu untuk memindahkan posisi perahu sedikit mendekati
anjungan pemboran minyak bumi yang tampak lebih dekat dari tempat itu, namun
sebenarnya cukup jauh, sekitar setengah jam perjalanan. Tetapi awak perahu
menolak dengan alasan gelombangnya akan semakin besar. Akhirnya, kami pun menyerah
dan memilih untuk tidur sejenak di atas perahu dininabobokan ayunan gelombang
laut.
Pindah lokasi |
Meskipun sedikit kesal dengan perilaku awak
perahu, akhirnya kami pun bisa mulai beraktivitas sebagai petualang “Giriwil
Mania” dengan teknik memancing dasar (memancing ikan karang di dasar laut).
Kedalaman spot ini sekitar 30 meter, arus air laut di bawah terasa begitu kuat.
Beberapa saat kemudian ... alhamdulillah strike dialami admin dan
berusaha memutar reel mengangkat ikan yang terumpan ke permukaan,
lalu...ha...ha...ha...seekor ikan trisi (Caesionidae varilineata) seukuran
tiga jari yang terangkat. Lumayan.... Beberapa saat kemudian diikuti oleh pak
Pratman yang strike, ikan yang sejenis didapatkannya, begitu pula
anggota tim GMBA yang lainnya. Sekitar satu jam berlalu, tiba-tiba pak Endang menarik
jorannya dengan kuat dan ujung jorannya begitu melengkung ke bawah, ... “Besar
nih tangkapannya”, pikirku. dan ternyata seekor ikan etong (Abalistes
stellaris) dengan lebar lebih dari telapak tangan berhasil diangkatnya.
Sekitar pukul sembilan pagi, kami meminta
pindah lokasi dan membujuk awak perahu mencoba menambatkan perahu ke puing
“obor mati”. Kali ini, awak perahu mau melakukannya, dan meskipun dengan susah
payah akhirnya berhasil juga. Kami pun kembali memancing dengan santai,
sekali-kali tertawa, sekali-kali serius memperhatikan joran. Yah, memang tidak
mudah mendapatkan strike pada saat-saat seperti itu. Meskipun gelombang
air laut tidak tinggi, tetapi arus air yang kencang dan air yang agak keruh
memungkinkan ikan berlindung ditempat-tempat tertentu yang mungkin sulit untuk
diketahui (kecuali dengan bantuan fishfinder) atau dijangkau. Namun
demikian, kami masih tetap diberi kenikmatan.
Beberapa anggota tim berhasil strike
dan mendapatkan ikan yang cukup menjanjikan. Pak Edi berhasil menangkap seekor
ikan gatet atau kuwe yang oleh para pemancing biasa disebut GT (Giant
Treavallyrs/Caranx ignobilis) dengan lebar sejengkal tangan orang
dewasa. Anggota tim yang lainnya ada yang berhasil mendapatkan ikan baronang
susu (Siganus sp.), ikan kerapu (Epinephelus fuscguttatus), ikan
kurisi (Nemipterus nemotophorus), dan ikan selar (Selaroides
leptolepis). Di lokasi ini admin mendapatkan dua ekor selar panjang
rata-rata sekitar 25 cm selain beberapa ekor ikan kerong-kerong (Therapon
therap). Meskipun tidak sering strike, tetapi kami merasa senang dan
bisa tertawa-tawa bersenda gurau bersama. “Ngeuunah euuy...”, begitulah kami
bercanda.
Bravo buat para angler GMBA |
Satu jam lebih kami bergumul di lokasi
tersebut, dan selanjutnya memutuskan pindah ke spot ketiga, pelampung kembar.
Sementara awak perahu mengendalikan perahu ke spot ketiga, para anggota tim
GMBA makan bersama, nasi timbel, pindang, goreng tahu, perkedel kentang,
kerupuk, mentimun, dan sambal menjadi santapan yang lezat di tengah cuaca yang
cerah namun tidak terik itu. Alhamdulillah, kami diberi kenikmatan oleh Yang
Maha Kuasa yang sungguh tidak dapat tergantikan oleh apapun.
Trisi versus GT |
Kecapean kali yee... |
Alhamdulillaah...